Rabu, 30 April 2014

Prajurit Yang Terluka

Lelah....
Sakit....
Terpukul kalah....
Hal itu bukanlah sesuatu yang baru, namun tidak pernah menghentikanku,
Tetapi apa yang terjadi saat ini membuatku tak ingin lagi bangkit. 
Sudah cukup, cukup... cukup dengan rasa sakit ini.. 
Aku masih bisa menanggungnya jika kekalahan ini karena musuh, atau bahkan dikhianati oleh orangku sendiri... 
Namun kini, musuh terbesar itu ternyata bersembunyi ditempat yang tak pernah ku duga...
Ya, aku dikhianati oleh diriku sendiri....
Hatiku, pikiranku, nuraniku, semua bagian dari diriku seakan melawanku, mereka memberontak dan bahkan membiusku...
Aku dibius dengan halusinasi, dan disiksa oleh sang nurani..
aku terpukul kalah, bukan di garis depan pertempuran
Aku menuju kematian tanpa pertarungan yang adil dan ditaklukan oleh tipu daya
Yang terburuk, aku ditipu oleh diriku sendiri...
Pada akhirnya aku menyerah, aku mengikuti arus dan menikmati halusinasi ini dan berharap dapat menutup mataku dan tidur... tidur yang panjang, dan jika mungkin tak perlu bangun lagi.. 
Namun kembali sang nurani kembali datang untuk menyiksaku
"Kamu bisa gagal dalam semua hal, apapun itu... kamu bisa lupakan mimpimu... kamu bisa lepaskan semua ambisimu.... kamu bisa berhenti dari semua hal... namun yang satu ini, kamu tidak boleh gagal...!"
"Kamu tidak boleh gagal sebagai manusia.. tidak... jangan yang satu ini... "
"Oh Tuhan... apa yang terjadi kalau kamu menyerah untuk menghidupi hidupmu..."
ARRGHHH....! Aku benci dengan ocehan nurani ini... Memangnya mudah lepas dari semua ini? Dipikirnya aku tak berusaha... aku telah mencoba, berkali-kali... Aku pun tidak ingin, ya, aku tidak mau gagal sebagai manusia. 
Aku memang sudah tidak seambisius dulu, saat aku menaklukan benteng-benteng demi kemenangan semu, piala yang sebenarnya tak berharga hanya demi mendapatkan hormat dan senyum dari orang yang tak kupedulikan dan bahkan tidak ku kenal. Namun bukan berarti selama ini aku kehilangan semangat juangku, aku masih bertempur, namun kekalahan dan pengkhianatan diriku ini tidak sanggup ku hadapi lagi... 
"Jika dia mati, maka aku mati bukan?" demikian pikirku.. "Dia tak akan mendapat kemenangan itu."
Namun nuraniku tahu apa yang kupikirkan, "Kematianmu adalah kemenangannya. JANGAN BODOH!" 
"Jika kau mau, matilah dalam pertempuranmu, jangan mati sebagai orang bodoh dalam penjara halusinasimu!" demikian nurani menghardikku. 

(Puji Astuti / 30 April 2014)

Selasa, 19 April 2011

Keramahan Yang Cuma Basa-basi

Keramahan yang cuma basa-basi, itulah yang langsung muncul saat saya mengunjungi sebuah rumah makan cepat saji dengan hidangan khas, ayam goreng tepungnya. Kasir bertanya dan menawarkan menu pada saya dengan sangat cepat sampai kadang saya tidak bisa menangkap apa yang ia katakan. Menyebalkan!! itu pendapat saya.
Pelayanan bukanlah basa-basi, apapun produk Anda!
Ketulusan, seperti apapun bentuknya akan dirasakan oleh klien Anda. Jadi jangan anggap remeh hal itu. Ketulusan seringkali menjadi faktor penting bagi seseorang untuk memutuskan menggunakan produk Anda atau tidak. Jika untuk berbicara dengan mereka saja Anda sudah tidak punya waktu, hal itu membuat mereka malas untuk membuka dompetnya.
Seperti malam itu, mungkin saya lapar. Namun jika saya ingin makan enak dengan perasaan senang, saya tidak akan memilih tempat itu lagi. Karena saya ingin diperlakukan sebagai klien, bukan hanya seseorang yang butuh produk mereka. Saya ingin di hargai.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sering diperlakukan dengan keramahan basa-basi? Jika sering, jangan lakukan hal yang sama kepada klien Anda.
Setiap orang senang diperlakukan spesial. Lagi pula ada pribahasa yang berkata bahwa pembeli adalah raja bukan? Maka perlakukanlah setiap orang seperti Anda sedang berhadapan dengan seorang raja. Layani dengan kualitas excellent dan ketulusan.